NIETZSCHE DAN PERSOALAN CLICHE SAYA






Saya tidak terlalu mendalami karya Friedrich Nietzsche, tak sedalam saya mendalami karya Alfred Wegener yang punya relevansi erat dengan bidang yang saya geluti.

Tetapi ketika menjalani hidup, saya kadang teringat akan beberapa buah pemikiran Nietzsche. Ide Nietzsche yang selalu saya ingat adalah tentang ‘Will To Power” (der Wille zur Macht), tentang ambisi, pencapaian, dan hasrat untuk menguasai.

Satu lagi karya Nietzsche yang saya ingat adalah yang berjudul „Twilight of The Idols“. Tentu saya tidak mendalaminya, tetapi kutipan dari karya tersebut yang tetap saya ingat adalah „Whatever doesn’t kill you simply makes you stronger“.

Kutipan ini menjadi menarik, setelah dikutip lagi oleh tokoh fiksi supervillain di Gotham City, The Joker, yang mengutip demikian : „Whatever doesn’t kill you simply makes you Stranger“. Jadi, ada 2 kata kunci di sini, yakni STRONGER dan STRANGER. Menjadi lebih kuat, dan menjadi ANEH.


Hari-hari belakangan ini, sebuah hasrat untuk menguasai, mengatur, memegang kendali atas hidup dan pilihan hidup saya, muncul lagi dalam inner circle saya, dan datangnya dari entitas di luar saya.

Kehendak untuk mengatur ini datang dari suatu entitas yang sebenarnya telah gagal mengatur dan memegang kendali atas hidupnya sendiri.


Saya memaklumi, karena pada dasarnya, kita semua ingin memegang kendali dan kuasa. Tapi yang sangat tak bisa saya maklumi adalah ketika hasrat tersebut telah berubah menjadi ambisi buta tanpa mau membuka ruang untuk berdialog; mungkin karena merasa punya kuasa absolut atau bercampur dengan ego sebagai pemimpin. Sayangnya, dia tak sadar, dia adalah pemimpin yang dituakan, bukan karena Primus Inter Pares.

Sementara itu, seiring berjalannya waktu, beberapa kerabat tak menyadari bahwa dalam proses perjalanan hidup,segala pengalaman dan tragedi membentuk saya menjadi pribadi yang lebih tangguh, STRONGER. Dilepas karena tuntutan tugas ke dalam belantara rimba; berjumpa dan harus dealing dengan para bedebah, struggle dan berjuang untuk tetap survive sembari belajar untuk melihat hidup secara lebih realistis; semua itu membentuk saya menjadi pribadi yang mau tak mau, tetap tegap berdiri meski seringkali tersiksa dalam sendiri.


Pada sisi lainnya, ketika pengalaman membuat saya lebih teguh dan tangguh, malah terlihat lebih aneh.STRANGER. Beberapa kerabat mungkin akan berujar „You are different. You change. Kamu tak seperti dulu lagi. Pada saat itu, saya hanya menjawab : „Ya, saya berubah. Lebih tepatnya, saya Bertumbuh, bukan sekedar berubah.“ . Saya yang dahulunya penurut dan terlalu ramah pada semua individu, kini menjadi lebih selektif, straightforward, stubborn, tanpa basa basi dan lebih sarkas meski pedas. Semua perubahan ini menjadikan saya STRANGER bagi beberapa kerabat.

Pada akhirnya saya menyadari bahwa problematika yang sedang saya hadapi ini adalah hal klise.Hal lumrah dan sangat biasa bagi mereka yang telah berpetualang dan terbiasa akan segala macam distorsi yang ada; bagi mereka yang open-minded dan mau lebih kritis melihat hidup. Tetapi menjadi suatu masalah besar bagi mereka yang menjalani hidupnya hanya sekedar melihat tetapi tidak mengobservasi; yang minim social skill dan cenderung main aman. Atau kemungkinan lebih buruk, ini menjadi masalah bagi kaum Xenophobic, yang selalu melihat segala sesuatu di luar dirinya dan lingkarannya adalah jahat dan salah atau keliru.


Sorry, but this is me. You could find some 'Nietzsche" in me; or some Machiavelli...ha ha ha



Comments

Popular posts from this blog

GEOSAINS : TSUNAMI FLORES 12 DESEMBER 1992

TENTANG REPTIL DAN MAMALIA (LEADERSHIP)

MY TRIP TO AN INCREDIBLY BLUE AND CRYSTAL CLEAR ‘DANAU KACO’, KERINCI