GEOSAINS : TSUNAMI FLORES 12 DESEMBER 1992

MEMBINGKAI TRAGEDI, MEMBANGUN SPIRIT SADAR POTENSI BENCANA

*Alexander Felix Taufan Parera

Flores adalah sebuah entitas pulau fisik yang terletak di bagian Timur gugusan kepulaun Sunda kecil. Pulau ini seketika menyita atensi publik di penghujung tahun 1992, ketika sebuah bencana alam yang masih belum populer di kala itu telah memporak-porandakan pesisir utara pulau Flores bagian Timur. Bencana yang kemudian disebut Tsunami (adaptasi terminologi dari Bahasa Jepang) tersebut menelan korban 2080 jiwa yang meninggal dan 2144 yang terluka, berdasarkan laporan riset yang dipublikasikan oleh Badan Geofisika Amerika (AGU) pada tanggal 17 Agustus 1993.



Tsunami
Istilah Tsunami murni berasal dari kosa kata bahasa Jepang (hiragana) yaitu Tsu yang artinya gelombang dan Nami yang artinya pelabuhan; sehingga secara harafiah, Tsunami berarti gelombang pelabuhan. Merujuk pada buku Gempabumi : edisi populer terbitan BMKG (2010), Tsunami merupakan gelombang besar yang terjadi ketika bagian lantai Samudera berubah (deformasi) akibat letusan gunung api, longsoran bawah laut, atau gempabumi bawah laut.

Tsunami merupakan gelombang besar yang terjadi ketika bagian lantai Samudera berubah (deformasi) akibat letusan gunung api, longsoran bawah laut, atau gempabumi bawah laut.

Tsunami Flores terjadi akibat gempabumi dengan pusat di laut Flores. Gempabumi tersebut terjadi pada pukul 13:30 WITA tanggal 12 Desember 1992. Pemicu terjadinya gempabumi tersebut adalah akibat aktifitas sesar naik belakang busur Flores (Flores Back Arch Thrust)

Proyeksi pusat gempabumi pada permukaan, atau epicenter gempa tersebut terletak pada 8.48 LS dan 121.93 BT, kurang lebih 50 km arah BaratLaut kota Maumere.

Berdasarkan riset dan survei lapangan oleh saintis Harry Yeh, Imamura, dkk pada tanggal 29 Desember 1992 hingga 5 Januari 1993, tinggi gelombang Tsunami Flores 1992 mengalami trend peningkatan dari arah Barat episenter gempa ke arah Timur.
Pada zona sebelah Barat, yakni daerah Wuring, pulau Palu’e, Mausambi, tinggi gelombang tsunami 2 - 5 meter. Dari Pulau Babi, ke Timur hingga Teluk Hading, tinggi gelombang 3-11 meter; (11 meter itu seumpama  tinggi pohon kelapa sebagai pembanding).
Sedangkan pada daerah sebelah Timur Laut epicenter, yakni Riangkroko dan Tanabeten, tinggi gelombang Tsunami 12 hingga 26 meter. Jadi, tinggi run-up tsunami Flores 1992 berkisar dari 2 hingga 26 meter. Sudah tergolong katastropik, sangat fatal menghancurkan zona pesisir yang dijangkau gelombang Tsunami.



Pemicu bencana gempabumi di utara Flores
Pulau Flores merupakan pulau Volcanic. Pada kerangka tektonik wilayah Utara pulau Flores terdapat sesar (patahan) yang dikenal sebagai sesar naik belakang busur Flores (Flores back arc thrust). Keberadaan sesar ini yang jadi pemicu utama kejadian gempabumi pada wilayah Flores bagian utara. Ketika akumulasi energi melewati ambang batas, maka akan terjadi pelepasan mendadak (sudden release), yang kemudian akan menjalar sebagai gelombang seismik yang bisa mengakibatkan berguncangnya permukaan Bumi.

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), selama tahun 2016 dari bulan Januari hingga November, telah terjadi 41 kejadian (event) gempabumi dengan Magnitudo > 3 SR dengan pusat gempa di wilayah Utara pulau Flores. Statistik gempabumi paling banyak terjadi pada bulan Maret 2016 yakni 9 kejadian gempabumi; sedangkan pada bulan lainnya terjadi 2 hingga 4 kejadian gempabumi. Secara eksplisit jelas bahwa sesar naik belakang Busur pulau Flores (back arc thrust) tergolong cukup aktif.

Sadar Bencana
Sudah semestinya manusia harus paham dan kenal akan segala wujud fisik yang berada di sekitarnya, tak terkecuali kondisi alam. Tidak hanya memandang keindahan nyata secara visual, atau menikmati berkah tanah yang subur, tapi juga harus mengetahui segala potensi bahaya yang senantiasa mengintai.

Setelah tahu dan paham akan bahaya yang senantiasa mengintai khususnya dari Utara pulau Flores, kita hendaknya sadar ini adalah konsekuensi kita berpijak di atas negeri cincin api (ring of fire).

Pengetahuan tentang bencana bisa kita peroleh dengan mengikuti serangkaian pendidikan kesiapsiagaan semisal desa siaga bencana; atau dengan mengakses informasi dari berbagai sumber.

Kita sadar bahwa Alam yang luar biasa indah, tanah yang subur,laut yang kaya sumber daya, hadir dan ada karena kita berpijak di atas cincin api. Bersyukur itu pasti, tapi waspada juga penting. Karena hidup itu dinamis, dan Bumi yang kita pijak tidak statis. Segalanya bergerak.

Gempabumi bisa terjadi kapan saja dan belum ada inovasi atau kemajuan dunia sains yang mampu memprediksi kapan gempabumi akan terjadi. Tapi kita bisa tahu bahwa Tanah yang kita pijak, daerah yang kita huni, apakah merupakan daerah berpotensi gempabumi. Dengan tahu, kita menjadi sadar. Dengan sadar, niscaya kita kan mampu bertindak dan bertahan kala bencana gempabumi terjadi.



Wujud konkret kesadaran kita misalnya ikut mengamankan peralatan pemantau gempabumi di wilayahnya, menyiapkan peta resiko tsunami beserta skenario penyelamatan, menyiapkan tempat evakuasi beserta peta pencapaiannya, memasang rambu arah evakuasi, melakukan latihan evakuasi tsunami (tsunami drill). Selebihnya, dengan mengikutsertakan pertimbangan kebencanaan dalam penyusunan tata ruang-wilayah.

Comments

  1. terimakasih infonya sangat membantu, dan jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2p9iBfW

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

TENTANG REPTIL DAN MAMALIA (LEADERSHIP)

MY TRIP TO AN INCREDIBLY BLUE AND CRYSTAL CLEAR ‘DANAU KACO’, KERINCI