AMARAH YANG TERARAH



 2023 baru berjalan tiga bulan lebih delapan belas hari

Persoalan hidup silih berganti menyita atensi, menguras energi dan merusak ketenangan batin.

Kondisi finansial yang belum kunjung membaik; Pola kerja serta perilaku pongah (angkuh) atasan di kantor semakin memperburuk keseharian; belum lagi dinamika romansa dalam rumah tangga kecilku

Puncaknya, amarahku meledak tak terkendali di akhir Maret 31 di rumah dan di awal April kala rapat Evaluasi bulanan di kantor. Segala hal yang menurutku SALAH BESAR dan KELIRU, memancing amarahku hingga etika dalam berpendapat lenyap seketika; yang ada hanyalah celetukan, omelan, keluhan, hingga caci maki sentimental tanpa ada esensi

Hari berlanjut, and then I have some days to look back thoughtfully, to contemplate; not only to see but to observe, what I’ve done and how I’ve dealt with my anger issue.

 

Anger is a common and even healthy emotion. But it's important to deal with it in a positive way.

 

Amarah adalah suatu luapan emosi yang lumrah dan sehat; jika kita tak memendamnya sebaliknya meluapkannya dengan cara yang positif. Sayangnya, tak semua manusia bisa melakukan hal tersebut; meluapkan amarah dengan cara yang positif.

 

Ada cara yang sederhana ketika kesulut amarah; terpancing untuk bereaksi. Normalnya kita akan ‘membalas’, sebisa mungkin menyerang dan berusaha menguasai keadaan untuk ‘menaklukan’ lawan yang memicu amarah kita. Padahal, sebenarnya kita bisa memilih opsi bagaimana bereaksi ketika kesulut amarah.

 

When your temper flares, put relaxation skills to work. Practice deep-breathing exercises, imagine a relaxing scene, or repeat a calming word or phrase, such as "Take it easy."

 

Hanya perlu skill Relaksasi sebagai upaya mengendalikan amarah. Bisa melalui praktik bernafas deep-breathing; atau menutup mata dan membayangkan sedang berada di tempat yang indah dan santai; atau bisa dengan mendaraskan berulang kali : “ini perkara yang mudah dan ini akan berlalu!”

 

Avoid sarcasm, though — it can hurt feelings and make things worse.

 

Ini adalah hal yang mungkin lumrah tapi sebenarnya sangat penting, khususnya bagi saya pribadi. Ketika saya marah, Sarcasm dan verbal abusive menjadi sesuatu yang wajib; malah kadang menjadi ‘senjata’ andalan saya untuk mengekspresikan amarah dan menajtuhkan mental lawan. Ternyata selama ini saya salah. Ketika prahara berakhir dan kembali berdamai, tidak jarang lawan bicara saya yang sebelumnya menjadi target sarcasm saya masih merasa tersinggung dan terpukul; perasaannya terluka akibat verbal abusive dan sarcasm itu.

 

understand that some things are simply out of your control. Try to be realistic about what you can and cannot change. Remind yourself that anger won't fix anything and might only make it worse.

 

Pada akhirnya, Amarah yang terarah itu bukan perkara mudah; apalagi bisa mengendalikan amarah dan menyelesaikan persoalan tanpa perlu meluapkan amarah. Perlu menyadari dan memahami, beberapa hal memang berada di luar kendali. Jadilah realistis, sadari mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tak bisa. Untuk hal ini, pemahaman akan mazhab filsafat STOICISM mutlak diperlukan di sini; selain akal sehat dan nalar yang terpelihara.

 

SALAM

Medan, 18 April 2023

Comments

Popular posts from this blog

GEOSAINS : TSUNAMI FLORES 12 DESEMBER 1992

TENTANG REPTIL DAN MAMALIA (LEADERSHIP)

MY TRIP TO AN INCREDIBLY BLUE AND CRYSTAL CLEAR ‘DANAU KACO’, KERINCI